BERDAMAI DENGAN COVID-19: Transformasi SMA HelloMotion Menuju SMART School di Tahun 2020/2021
- Posted by hellocrew
- Categories Uncategorized
- Date 04 July 2020
- Comments 0 comment
Siapa yang menyangka jika virus ini bisa mengubah kebiasaan perilaku manusia menjadi ke arah sebaliknya. Jika berkumpul adalah perilaku sosial, kini menjadi pembatasan. Covid–19 menjadi virus yang menghantui dan menakutkan, sehingga mampu menutup semua akses rutinitas manusia dari hiruk-pikuknya kerja dan aktivitas lainnya di semua lembaga yang ada, termasuk dunia pendidikan.
Aktivitas tatap muka antara guru dan siswanya harus diberhentikan dengan tiba-tiba. Bagi sekolah yang belum siap dengan adopsi teknologi, maka ini menjadi kendala tersendiri. Tetapi bagi sekolah yang sudah terbiasa bersentuhan dengan teknologi, maka proses transisi ini tidak banyak menemui kendala. Barangkali kendala yang sering dihadapi adalah dari sisi psikologi siswa yang tidak terbiasa dengan batasan pertemuan serta metodologi pengajaran guru dalam kelas online yang dirasa kurang menarik dan menjemukan.
Berkaca dari pengalaman 3 bulan di akhir tahun pelajaran 2019/2020, maka SMA HelloMotion mulai berbenah. Tetapi bukan lagi pada tingkatan teknis bagaimana guru harus bisa ngezoom, sharing screen ke siswa dan rangkaian penyampaian tugas ke dalam google classroom. Semuanya sudah terlewati di 3 bulan yang lalu. Di tahun ini SMA HelloMotion memulai semangat baru dengan mencanangkan “Leading As Smart School”. Tidak hanya SMART dalam arti yang sesungguhnya menjadi sekolah yang cerdas, tetapi juga merupakan akronim dalam setiap program kerjanya yaitu Specific, Measurable, Achievable, Reasonable dan Time Bounded.
SMA HelloMotion ingin menghadirkan pembelajaran jarak jauh yang tetap bisa dinikmati semua siswa sehingga para guru harus pandai merencanakan skenario pembelajaran yang menarik dengan cara bermanuver dari satu aplikasi ke aplikasi yang lainnya di setiap pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya memindahkan papan tulis ke dalam screen, tetapi harus lebih dari itu. Guru harus bisa menciptakan pembelajaran yang interaktif dan kolaboratif antar semua siswa. Deeper Learning Program menjadi kunci utama. Kemampuan guru dalam mengadopsi teknologi harus meningkat, tidak boleh hanya sampai pada tingkatan substitution terhadap apa yang biasa digunakan dalam pembelajaran konvensional, tetapi harus meningkat menjadi level augmentation atau modification. Dan jika perlu pembelajarannya sudah bisa sampai pada tahapan Redefinition. Memang tidak mudah, tetapi dengan persiapan yang matang, kami yakin bahwa guru-guru SMA HelloMotion bisa menjalankannya.
Mengawali tahun ajaran baru, SMA HelloMotion mengadakan Parent-Teacher’s Meeting dengan menghadirkan psikolog yang membahas tentang bagaimana mempersiapkan psikologi siswa dan orang tua dalam menghadapi model pembelajaran jarak jauh di masa pandemi ini. Kemudian untuk siswa barunya, SMA HelloMotion mengadakan kegiatan HelloMotion Student Orientation (HSO) yang tujuannya mengenalkan lingkungan, budaya, dan tata tertib sekolah. Selain itu, model pembelajaran design thinking yang dipakai di SMA HelloMotion juga turut diperkenalkan. Seluruh kegiatan ini dilakukan secara daring.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, ternyata yang awalnya dipikirkan oleh siswa bahwa HSO yang dilakukan dengan model daring bakal garing, tetapi setelah dikemas sedemikian rupa dengan memanfaatkan aplikasi yang ada, yang sifatnya bisa kolaboratif antar siswa, dan gaya penyajian yang menyenangkan, membuat seluruh peserta HSO menjadi senang dan tidak bosan mengikuti seluruh rangkaian kegiatan HSO selama 3 hari tersebut.
Kita percaya bahwa teknologi diciptakan untuk memudahkan manusia. Teknologi sudah menawarkan kemudahannya sebelum pandemi ini. Tetapi dengan adanya pandemi ini kita menjadi dipaksa dan akhirnya mulai merasakan manfaatnya. Maka dari itu, kita sebagai guru harus terus belajar untuk meningkatkan kemampuan dalam menyajikan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan demi kesuksesan kita semua.
Kepala Sekolah